Menurut sumber terpercaya kita ( Bang Wiki ),
karena beberapa penyebab, penjualan tiket bioskop udah terasa menurun sejak akhir 80-an, gejala tidak baik itu mencapai puncaknya pada mid 90-an dimana sinema HK mulai kolaps dan akhirnya terjun bebas. Indikasinya bisa dilihat dari turun drastisnya jumlah penonton dan jumlah pilem yang di produksi ( terutama jika dibandingkan dekade sebelumnya ), dan dari jumlah itu, pilem2 yang diproduksi sebagian besar ternyata bergenre eksploitasi alias Cat III. Cat III ( Category III ) sendiri adalah sistem rating yang di tetapkan pemerintah HK pada tahun 1988 untuk pilem2 yang konon kaga cocok buat dikonsumsi anak-anak. Kalo di Indonesia mungkin seperti '17 tahun ke atas', dan untuk di Hollywood sono levelnya sama kaya Rated-R atau NC-17.
Jadi, kasusnya sama seperti sinema lokal kita di era itu yang frustasi merayu penonton untuk datang ke gedung bioskop dengan nyoba memfasilitasi fantasi dan selera murahan-primitif kita akan seks dan ketelanjangan. Kita tau bersama, trik yang biasanya selalu manjur ini pun gagal membuat gedung bioskop kembali ramai, salah satu penyebabnya adalah
judul dan poster vulgar yang sudah terlanjur melambungkan imajinasi dan ekspektasi penonton, tidak pernah mampu dipenuhi pilemnya sendiri.
Kefrustasian itu kemudian semakin terasa ketika kru gedung bioskop menghembuskan isu bahwa mereka akan menyelipkan beberapa menit potongan adegan film porno kedalam pilem yang akan diputar. Bisa di tebak, kursi bioskop hanya diisi mereka yang berniat hendak onani saja. Lebih buruk lagi, penonton hardcore-sange ini siap menjungkir balikkan kursi2 jika janji tentang potongan pilem porno itu dilanggar. Chaos.

Sebenernya, sinema HK sudah akrab dengan tema violence dan tumpahan darah sejak era vintage-horrornya Ma-Xu Weibang atau Kungfu-Splatter ala Chang Cheh, namun mid 90-an inilah era dimana sinema Cat III mereka menjadi sangat populer dan diproduksi dalam jumlah massif.
Dan berbeda dengan era pilem-seks-berdana-rendah kita yang gagal menghasilkan satupun pilem yang layak diinget ( selain judulnya saja yang mengandung kata ternoda, gairah, sex, binal, ranjang, godaan, kenikmatan atau nafsu ), sinema eksploitasi HK Cat III era 90-an berhasil ngelahirin banyak pilem fenomenal nan memorabel yang akhirnya sekarang menyandang predikat cult.
Oke, Folks hehe
Tanpa banyak bacot lagi, gue akan menceritakan satu pilem Anthony Wong yang pernah membuat sinema HK Cat III era 90-an menjadi penuh muncratan darah.
Di ceritakan, Wong Chi Hang ( Anthony Wong ) melarikan diri ke Hongkong setelah melakukan pembunuhan di Macau. Tak lama setelah berada di Hongkong, dia segera menjalankan bisnis restoran 'The 8 Immortal'.
Sementara itu, masyarakat Hongkong tiba2 di gegerkan dengan penemuan tulang belulang dan potongan tubuh manusia di sebuah pantai. Polisi segera turun tangan, dan penyelidikan mereka mengarah pada Wong Chi Hang. Polisi menduga itu adalah potongan tubuh keluarga pemilik asli restoran 'The 8 Immortal' yang menghilang entah kemana. Setelah beberapa saat melakukan investigasi, polisi akhirnya mengambil kesimpulan kalo Wong Chi Hang telah membantai keluarga ini demi menguasai restorannya.
Awalnya, Wong Chi Hang bersikeras tidak mau mengakui tuduhan itu, namun karena tak sanggup menanggung banyak siksaan oleh polisi dan napi lain di dalam tahanan, dia akhirnya menyerah dan menceritakan dengan gamblang kronologis kejadian di malam itu..malam durjana ketika dia dengan brutal membantai 8 anggota keluarga pemilik restoran yang terdiri dari sang nenek, suami-istri dan 5 anaknya yang masih berusia di bawah 10 tahun!
Lalu, gimana nasib Wong Chi Hang selanjutnya?

Ok, kaga peduli ini berdasarkan 'real events' atau bukan, 'The Untold Story' tetaplah pilem yang ultra sick-fuck.
Memiliki cerita yang lempeng dan tidak punya banyak kejutan, The Untold Story menghebohkan sinema HK dengan kandungan kekerasannya yang melimpah dan ditampilkan begitu vulgar. Dari mulai mutilasi eksplisit sampai pemerkosaan brutal yang melibatkan sumpit pangsit ( ada apa dengan sumpit pangsit? kalian liat aja sendiri hehe ), Namun yang paling menggegerkan tentu saja adegan pembantaian satu keluarga itu. Bukan apa-apa, kalian pasti udah terbiasa ngeliat orang dewasa terbunuh dengan mengenaskan dalam sebuah pilem horror, tapi gimana kalo kali ini yg menjadi korban adalah lima anak kecil polos nan menggemaskan? sintingnya, Herman Yau ( sang sutradara ) memilih menggelar adegan ini apa adanya, raw, dan slow. Sementara kamera tak pernah menjauh dari kekerasan yang tersaji. Jadi kalian akan ngeliat adegan gimana Wong Chi Hang menghabisi satu persatu anak-anak yang terikat tak berdaya ini dengan pisau pemotong dagingnya, salah satunya bernasib sangat mengerikan karena Wong Chi Hang memenggal kepalanya dengan brutal.
Setelah itu, ditampilkan pula adegan Wong Chi Hang mulai memutilasi mayat2 keluarga itu, memisahkan tulang dan mengumpulkan daging2nya untuk digiling menjadi bahan baku pembuat kue di restorannya. sickfuck.
Gue pernah nonton pilem ini di Bioskop Mulya dulu, dan dengan mudah terlupakan karena rupanya LSF memotong terlalu banyak adegan, itu makanya gue cukup terperangah ketika ngeliat versi Uncut nya kemaren.

Tenang aja, gue belum bercerita terlalu banyak hehe kalian harus nonton sendiri untuk menemukan adegan2 sinting lainnya.
Meski mempunyai cerita yang begitu kelam dengan adegan2nya yang disturbing, anehnya 'The Untold Story' juga mempunyai sisi kontras berupa komedi-goofy. Bukan, ini bukan seperti komedi-horror gaya Braindead, dimana kepala termutilasi akan membuat kalian tertawa ngakak, adegan pembantaian dan segala hal yang berhubungan dengan Wong Chi Hang sendiri tetep disturbing, memilukan dan serius, namun ketika cerita berpindah ke para polisi, pilem seperti menekan tombol 'Komedi' nya dan atmosfir pun segera berubah menjadi seperti ketika kalian nonton pilemnya Wu Meng Ta. Ya, karakter polisi2 HK disini ditampilkan sangat konyol & komikal. Ciri ini juga bisa ditemui di banyak pilem HK Cat III ( dan kalian juga akan selalu menemukan karakter polwan tomboy didalamnya ). Komedi yang ditampilkan sendiri seringkali terasa klise dan tidak penting, tapi yang jelas ini memang membuat 'The Untold Story' menjadi lebih mudah...hmm..di kunyah, di telan dan dinikmati.
Sementara itu, Anthony Wong berakting dengan fenomenal. Perannya sebagai Wong Chi Hang disini tak terlupakan, dia membuat pisau pemotong daging tidak lagi terlihat sama ( temen gue selalu menyebut pisau pemotong daging sebagai 'Pisau Anthony Wong' setelah menonton pilem ini haha ), persis seperti bagaimana Jason membuat topeng hoki identik dengan topeng pembunuh. Untuk effortnya, Anthony Wong sendiri akhirnya diganjar penghargaan best actor pada HK Film Award tahun 1994.
Kesuksesan pilem ini memperderas gelombang sinema HK Cat III era itu dan berujung pada pembuatan sekuel2nya ( 'The Untold Story 2 & 3' --yang sayangnya tak pernah bisa melampaui atau setidaknya menyamai bagian pertamanya ini-- kanibalisme menjadi tema yang populer di HK, beberapa pilem bertema serupa segera dibuat, sampai akhirnya ditutup dengan cantik oleh Fruit Chan's 'Dumpling' (2004) yang lebih psychological.
Di Afrika, Kai San juga bekerja di sebuah restoran Cina, dengan boss yang otoriter. kegilaan dimulai ketika Kai San memperkosa wanita suku Zulu yang ternyata terjangkit virus Ebola. Kai San pun tertular. Dilanda putus asa, Kai San membunuh sang boss, istri dan saudaranya lalu menguasai restoran. Tak lupa dia juga menjadikan daging korbannya sebagai bahan baku kue. Setelah beberapa saat, Kai San memutuskan untuk kembali ke HK dan membuat gempar penduduk sana dengan secara sengaja menyebarkan virus Ebola secara serampangan kepada siapa saja yang ditemuinya.
Seperti gue bilang, ini seperti 'The Untold Story' versi Afrika dengan dosis kegilaan, kesadisan ( dan kekonyolan ) 2 kali lipet. Kali ini tanpa polisi-idiot namun mempunyai atmosfer komedi-sakit yang lebih kental.
Gue nggak perlu menceritakan semua adegan stress nya, tapi ada satu scene yang paling gue inget dari pilem ini :
Kai San, ber onani menggunakan daging ayam dan menumpahkan semen-nya disitu. tak lama kemudian, dia menggunakan daging ayam yang berlumuran sperma itu untuk bahan baku membuat kue.
Wei Fong bercerita bahwa ia akhirnya membantai keluarganya, setelah sekian lama mengalami diskriminasi, pelecehan, penyiksaan bahkan pemerkosaan oleh seluruh anggota keluarganya sendiri.
Daughter of Darkness ( DoD ) banyak menampilkan adegan kekerasan, bullying, ketelanjangan, pemerkosaan yang diakhiri dengan aksi balas dendam berdarah, namun jangan ber-ekspektasi ini bakal sesolid 'Bedevilled', plot hole kesebar disana sini ( kalo km masih peduli itu ) DoD bahkan masih terasa inferior jika dibandingkan dengan 'The Untold Story'. Walau begitu, ini termasuk dalam jajaran judul populer/laris di HK pada saat itu. Dan meski memiliki rating Cat III, pada akhirnya konon semua usia boleh menonton pilem ini. Persis kaya gimana dulu, nyaris 50% penonton 'Ranjang yang Ternoda' adalah remaja dibawah usia 17 tahun.
Dan seperti juga 'The Untold Story' meski memiliki cerita gelap dengan banyak adegan kekerasan dan pemerkosaan, DoD mempunyai sisi lain berupa komedi gelap-konyol. kalian bisa ngeliat salah satu potongan adegan investigasi absurd ala Anthony Wong lewat klip dibawah ini haha
Selain itu, kritik/sindiran untuk aparat kepolisian HK yang sering salah tangkap dan melakukan penyiksaan pada saat interogasi sangat terasa disini.
.........................
Yang satu ini bukan pilem Anthony Wong, tapi merupakan salah satu judul yang esensial untuk genre Cat III.
Seorang psikopat-pemerkosa yang trauma dengan masa kecilnya berkeliaran di HK untuk membunuh dan memerkosa gadis yang memakai baju berwarna merah. Sementara itu, Ming Ming ( Lily Chung ) adalah seorang yatim piatu terbelakang mental yang dirawat di sebuah rumah khusus untuk orang orang yang senasib dengannya. Awalnya, Ming Ming bahagia berada di tempat tersebut, hingga akhirnya pada suatu hari tanpa sengaja dia memakai baju berwarna merah. Sang psikopat-pemerkosa yang ternyata adalah salah satu staff rumah perawatan tersebut, tak mampu mengontrol dirinya...dari seorang santun penuh perhatian dia berubah menjadi seperti Hulk, hanya saja Hulk yang satu ini dikuasai nafsu untuk memerkosa dan membunuh.
Berbeda, dengan 3 judul diatas yang kental dengan komedi gelap, Red To Kill tidak memiliki karakter konyol ataupun sesuatu untuk membuat kita tertawa. Ini beneran kelam dan serius. ( meski pada akhirnya penggambaran sang psikopat yang hiperbola/overakting membuat beberapa adegan malah keliatan konyol juga haha ) ,
Walau begitu Red To Kill mempunyai skrip yang lebih solid dan tense yg lebih terjaga jika dibandingkan dengan 'DoD' dan poin plus lainnya adalah akting Lily Chung yang sangat bagus.Sementara untuk violence dan gore sendiri hanya tampil brutal di menit-menit akhir durasi.
Shocking Graphics Scene : Ming-Ming merasa dirinya kotor setelah diperkosa oleh sang psikopat, dia menangis lalu mengambil silet untuk menyayat-nyayat..maaf..vagina nya sendiri.
Setelah menonton pilem ini, gue jadi ngebayangin betapa tersiksanya sang psikopat kalo tiap ngeliat cewe berbaju merah dia jadi nggak bisa ngontrol dirinya sendiri. Maksud gue, gimana kalo misalnya yang make baju merah nggak 1 orang, tapi misalnya..20 orang??
Itulah beberapa judul dari Sinema HK cat 3 yang booming di era 90-an. Masih ada banyak lagi, kalian mungkin bisa ngerekomendasiin yang bagus buat gue.
Seperti pilem2 eksploitasi lokal kita di era 70-80an, betapapun buruk, miskin kreatifitas dan murahannya kualitas pilem2 tersebut ( yang berbanding lurus dengan buruknya selera orang2 yang menontonnya -seperti gue- haha ), sinema eksploitasi udah menjadi catatan sejarah dunia sinema dalam usahanya : ngasih hiburan ( dan juga nyari duit :D ). Untuk era 2000-an ke atas, gue nggak tau apa yang kemudian terjadi pada sinema HK semenjak 2 raksasa perfilman Asia lainnya ( Jepang dan Korea ) tampaknya lebih mendominasi.
0 comments:
Post a Comment
Harap berkomentar yang sopan