Saya adalah orang yang percaya bahwa seorang filmmaker mempunyai motivasi tertentu dibalik pencipataan karyanya, entah tujuan serius, bersenang-senang atau hanya sekedar mencari uang. KK Dheraj yang selalu banjir hujatan itu setidaknya memiliki tujuan yang jelas yaitu mendulang rupiah sebanyak-banyaknya. Tak peduli berapa jumlah kritik yang telah dibuat di ribuan blog betapa amburadul hasil karyanya, namun kenyataan berkata lain filmnya laris manis dipasaran atau setidaknya masih bisa menghasilkan uang sesuai dengan tujuannya.
Joko Anwar seorang filmmaker (belakangan ini lebih sibuk menjadi pengamat politik) yang dikenal dengan karya-karyanya yang idealis, outofthebox, dan segala pujian baik tentang dirinya membuat gelisah diri saya. Sebagai seorang fans garis keras Joko saya merasa kebingungan apa yang sebenarnya dilakukan sang idola itu didalam modus anomali. Bukan, bukan karena alur cerita Modus Anomali yang menurut beberapa orang dianggap brilian itu. Apakah film ini ditujukan untuk penikmat gorealisme macam bang ringgo ? jelas saya tak melihat banyak eksploitasi darah atau visual orgasm disitu, apakah ditujukan untuk penikmat film teka-teki ? terlalu banyak durasi yang dibuang untuk adegan grasak-grusuk Rio Dewanto dibanding membangun plot misteri. Apakah mencoba menyampaikan isu sosial berbumbu pesan moral lewat gaya thrillernya ? ah rasanya terlalu jauh. Jadi disini tak ada unsur senang-senang dan serius bukan. Mungkin untuk mencari uang saja ? saya tak melihat adanya Dewi Persik atau Uli Auliani, jadi dipastikan bukan juga. Saya benar-benar tak bisa menikmati film ini seperti klimak saat masturbasi.
Sejak dari dulu saya ingin mereview film ini, menyiapkan berbagai kata mutiara untuk pujian, namun sial beberapa tahun berlalu saya tak kunjung mendapatkan kesenangan atau kenikmatan dari film ini, maka buyarlah semua kata-kata pujian itu dari kepala.
Film pertamanya bang Joko Melalui Janji Joni ia membuktikan plot sederhana, “karakter yang diberi konflik bertubi-tubi” Kemudian dibungkus dengan keterikatan antar karakter menghasilkan cerita yang luar biasa, memberi komedi segar yang selama ini kita Cuma mengenal jenis komedi slapstick di indonesia. Pintu terlarang dan kala sudah tak usah diragukan lagi karena sudah banyak menghadirkan karakter maupun adegan memorable. Namun modus anomali ? saya lebih mengingat john/chris evan sebagai produk marvel daripada maskot psikopat.
Jujur saya tak merasa ada ikatan emosional dengan tokoh di film ini, di setengah film berjalan saya dibuat kebingungan dengan tingkah Rio dewanto, hingga akhirnya saya mencapai titik bosan dan tidak peduli lagi apapun yang akan terjadi atau dilakukan si Tokoh ini, sekalipun dia akan mati ditelan Dedemit ditengah hutan, I don’t care. Bahkan saya masih bisa menikmati Buried, walaupun membosankan tapi saya masih bisa merasakan kegelisahan berada diruang sempit.
Apa ekspektasi saya terlalu berlebihan ? saya rasa wajar harapan seorang fans fanatik menunggu karya sang idolanya, mengingat rentan waktu yang begitu lama setelah film terakhirnya. Namun sialnya modus anomali bukan sesuatu yang istimewa. Saya terlanjur berharap terlalu besar pada film ini setelah teaser posternya pertama kali dirilis berbarengan dengan film berjudul Impetigore yang entah kapan direalisasikan.
Saya mencoba mencari jawaban atas kegundahan hati saya, dengan berseluncur di internet dan terkejut ternyata film ini mendulang banyak pujian. Bahkan sampai ada salah satu blogger movie mereview ini menjadi beberapa part dan mengajak pembacanya untuk berdiskusi bersama memecahkan misteri tersembunyi dalam film ini, keseriusan yang patut diacungi jempol. Belum cukup sampai disitu modus anomalia juga menyabet sejumlah prestasi seperti memenangkan penghargaan Bucheon Award di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF) yang merupakan bagian dari Puchon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan dan World Premiere di festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, South By Southwest (SXSW) 2012, di Austin.
Walaupun saya sudah legowo dan bisa menerima kekurangan diri saya, pertanyaan itu tetap mengganjal, sebenarnya apa yang dilakukan Joko Anwar dalam Modus Anomali ? mungkin lebih spesifik Apa Tujuan dari sang idola memasukan film ini kedalam list film yang harus dia buat ? siapapun diluar sana berikan jawabannya agar saya bisa melanjutkan hidup dengan tenang, dan berhenti mengganggu bang Ringgo dengan tulisan saya yang menyedihkan ini.
Gimana kalo kita sebut aja apa yg dilakuin JA disini adalah eksperimen? seorang seniman menurut gue emang harus melakukan banyak percobaan dan eksplorasi di karya-karyanya. Menuntut seniman untuk selalu menghasilkan karya sesuai keinginan kita, hanya akan membelenggu kreatifitas. Meski begitu, ga ada salahnya juga nulis 'surat cinta' kaya diatas untuk ngasih tau sang seniman sejauh mana eksperimennya berjalan.
Kalo gue inget-inget perasaan pas nonton film ini, gue lumayan menikmati hehe kuncinya emang ada di 'jangan berekspektasi'. Thanks, artikel nya bos hehe.
0 comments:
Post a Comment
Harap berkomentar yang sopan