John Ottway ( Liam Neeson ) adalah seorang penembak srigala ( bekerja untuk sebuah perusahaan minyak ) yang diceritain kayanya lagi punya masalah berat dalam hidup. Dia keliatan putus asa dan sempat berencana buat nembak dirinya sendiri.
Dalam sebuah penerbangan, pesawat yang mengangkut John dan para pekerja perusahaan itu mengalami kecelakan naas. Ya, pesawat mereka terjatuh di tengah-tengah alam Alaska yang liar. Hanya 7 penumpang yang selamat, tentu saja John diantaranya.
Jadi sekarang, mereka harus mulai berjuang untuk bertahan hidup, bukan saja melawan ancaman hawa dingin ekstrem, kelaparan, dehidrasi, dan kawanan srigala cerdas, tapi juga melawan.....ahem, diri mereka sendiri.
Lalu, bagimana John yang sedang galau menghadapi situasi ini.?
*drum rolling.
Sejak awal kita sudah dikenalin ama tokoh John Ottway seorang master pembunuh serigala yang terlihat sangat berpengalaman dengan mengaku sebagai 'orang yang dibayar perusahaan buat mencegah serigala memakan kalian', seseorang yang terlihat bisa diandalkan, seseorang yang berkata bahwa cara mengatasi situasi ini adalah dengan "menghabisi mereka ( kawanan serigala ) satu persatu..mengurangi jumlah mereka, " Dan itu membuat gue yang sebenarnya tidak berharap apa-apa menjadi sedikit berharap pada sebuah..hmm setidaknya..aksi survival yang jantan. Pada kenyataannya John Ottway tidak pernah 'menghabisi mereka satu persatu ' ( kecuali satu serigala berpangkat rendah yang dikirim raja serigala untuk 'bunuh diri' ) dan terlihat hanya berlari saja sepanjang pilem.
Jadi, rencana Ottway hanya : berlari menjauhi serigala, terus bergerak sambil berharap ada peradaban disebelah sana. Yang lain ngikut. Dia sedikit sekali berbicara tentang bagaimana menghadapi situasi, tentang mengatur strategi atau tentang cara memperbesar harapan dan lebih senang berbincang-bincang tentang sesuatu yang terdengar sangat 'penting' dan intelek seperti...syair puisi 4 baris di rumahnya.
Oke mungkin emang sebenarnya itulah yang mau diceritain, tentang penyikapan manusia biasa ketika berhadapan dengan alam dan situasi ekstrim. Okelah, Tapi kemudian dengan sikap lembek kaya gitu ketika nyawanya benar-benar di ujung tanduk, Ottway secara menyedihkan berusaha membuat dirinya terlihat macho dengan mengingat syair puisi tentang 'perjuangan hidup-mati' yang membuatnya merasa sedang masuk kedalam medan pertempuran dan sedang berjihad mempertahankan hidupnya mati-matian?
![]() |
Run! Run! Run! |
Misalnya aja, bagaimana Ottway dkk tidak mempersenjatai dirinya ketika berjalan padahal mereka tahu kawanan serigala selalu mengintai ( kemana tombak kayu yang semalam mereka buat? ), memilih buat secara tidak masuk akal meloncat ke pohon diseberang jurang daripada membuat tali dan menuruni bukit perlahan2? ( walau 2 pilihan ini sebenarnya sama-sama percuma, karena serigala2 sudah menanti mereka di bawah haha ) atau bagaimana Ottway, seorang master-serigala yang sedang berusaha menghindari serigala justru malah nyasar ke sarangnya??

ketika seseorang terperangkap dalam peti mati dan melakukan hal-hal bodoh, gue bisa memaafkan.
Tapi ketika seorang yang terlihat punya skill dan pengalaman nyaris tidak berbuat apa-apa selain menghindar, terlihat galau, membuat serangkaian keputusan konyol, memprotes Tuhan lantas menganggap dirinya sedang 'into the fray', gue bener-bener kehilangan respek.
Dengan sikap kaya gitu, dia sebenernya nggak punya hidup yang layak buat dipertahankan.
Selain akting Liam Neeson, skoring, setting ama beberapa pengambilan gambar yang cukup bagus nggak ada lagi yang bisa dinikmatin dari 'The Grey'. Sensasi terror? biasa aja. killing scene? malah ngingetin ama 'Jenglot Pantai Selatan' dimana itu terjadi secara cepat dengan memakai teknik close-up dan shaky cam. Efek? tidak istimewa dengan penggambaran serigala yang cukup aneh, misalnya mereka mempunyai taktik mengirim 'prajurit serigala berpangkat rendah' atau punya insting duel dengan mangsanya? Baiklah gue memang tidak mengerti seluk beluk sifat serigala, John Ottway does.
Ngomong-ngomong masalah ending, gue sendiri sebenernya nggak punya masalah dengan tipe ending seperti itu, hanya saja respek gue buat pilem ini terus terang udah hilang semenjak pertengahan durasi. Jadi ketika 'The Grey' memilih mengakhiri kisahnya dengan cara seperti itu, gue udah mati rasa dan memasang tampang Squidward sambil mendengus tak peduli
![]() |
Oh yeaaahh?? |
Seperti striker yang berusaha keras mencetak gol indah tanpa peduli pada pelanggaran2 yang dilakukannya, Joe Carnahan terlalu fokus untuk menjadikan 'The Grey' sebuah pilem survival yang penuh makna, 'dalem', cerdas, puitis, nyeni dan bercita rasa tinggi namun sayangnya dengan mengabaikan beberapa detil-script yang menurutnya adalah sesuatu yang sepele.
Hehe, apakah gue terlihat seperti orang dengan 'bad taste' yang hanya menginginkan sajian pertempuran berdarah antara manusia vs serigala dengan organ tubuh bertebaran? walau itu memang sedikit bener hehe aslinya gue nggak selalu berharap seperti itu. Gue bahkan pernah terlibat emosi begitu dalam pada sebuah drama-survival-puitis seperti "Into the wild" atau 'The Road'. Singkatnya sih, pilem ini nggak berhasil 'menyentuh' gue.
I don't know, mungkin kalian bisa menikmatinya, tapi ini jelas bukan buat gue.
Atau kah gue sebenarnya sudah melewatkan sesuatu?? so, correct me.
0 comments:
Post a Comment
Harap berkomentar yang sopan