
Yap, gue nonton ini film ini setelah secara acak membelinya. iya asal-asalan aja hehe
Cuman karena ngeliat di kovernya ada gambar cewek di bekep + darah dimana-mana + ada sedikit review singkat dari 'bloody-disgusting.com' di backcovernya, gue beli nih film tanpa berani ber-ekspektasi tinggi.
Film dimulai dengan dikenalkannya kita ama tokoh Nina ( Sabrina Reiter ) yang wajahnya mirip Andhara Early dan lebih pantes jadi vokalis band indie-pop daripada maen film ginian ( tapi cakep kok
Suatu hari Nina terbangun dari tidurnya, ponselnya berdering. ternyata Mona -temennya- yang menelepon, dengan suara setengah merintih Mona memohon kepadanya untuk datang dan menolongnya.
Nah, didorong perasaan pengen nolong temennya, maka hero-ine kita ini tanpa petunjuk apapun berangkat seorang diri menuju wilayah terpencil Tyrol buat nyari Mona dan nyelesein trauma yang selama ini menghantui. Usaha pencariannya akhirnya mengarahkan Nina ke sebuah 'dysfunctional-family' yang hidup mengisolasi diri disebuah lembah bersalju..selanjutnya, kita udah tau apa yang kemudian terjadi pada Nina hehe

Film 'Dead In Three Days 1' dirilis tahun 2006 dan di anggep sebagai film Slasher pertama di Austria, padahal 2 bulan sebelumnya --ditahun yang sama-- juga di produksi film 'Silent Bloodnight' yang juga ber-genre slasher. Namun, film ini jeblok dan media lebih seneng mengatakan kalo 'Dead In Three Days 1' adalah film Slasher pertama di Austria. Mungkin kasusnya sama kaya film 'Rumah Dara' yang diakui bersama sebagai film Slasher pertama Indonesia. padahal sebelumnya ada juga film 'Psikopat' atau 'Air terjun Penganten' hehe. cukup omong-kosongnya..
Satu jam pertama, film berjalan sangat lambat dan membosankan. adegan klise disana-sini. Prochaska keliatan bener-bener berusaha nge-bangun ketegangan dan ngatur tempo, sayang, buat gue usahanya gagal. Satu jam yang sia-sia, suspense nya kaga dapet. Pengenalan karakter Nina sendiri nggak cukup buat gue naro simpati, jadi kalo gue ngeliat Nina, gue cuman ngeliatin wajahnya doang yang cakep
satu yang bikin gue batal mematikan film ini adalah shoot-shoot impresif yang di tunjukin ama kameramennya.
dan setelah penantian lama menunggu body-count yang menghabiskan satu bungkus keripik kentang, akhirnya perlahan tensi mulai naik dan gue ngedapetin adegan yang bikin gue bergumam " akhirnyaaaa..."
Seandainya, nggak ada adegan penis nyaris putus itu, gue berani bilang kalo film Slasher 'pertama' Indonesia 'Rumah Dara' lebih menghibur daripada film ini, itu dengan catatan film 'Rumah Dara' nye kaga di sensor hehehe


middle of nowhere,
dysfunctional family,
survival,
bloody-battle,
tapi sebenernya tetep dengan pakem diatas juga seru sih, asal didalemnya cukup banyak kesebar 'memorable-scene' yang kickass! dan sayangnya, film ini nggak cukup punya 'memorable-scene'.
..................................................
' well done, but its already done before'.
6/10
0 comments:
Post a Comment
Harap berkomentar yang sopan